Tugas
Manggala Upacara
“Yama Dan Nyama Brata”
Oleh:
Nama :Ni Wayan Suhendrawiati
Jurusan/Semester :
dharma Acarya/Va (pagi)
KEMENTRIAN
AGAMA RI
SEKOLAH
TINGGI AGAMA HINDU NEGERI
GDE
PUDJA MATARAM
2014
PENJELASAN YAMA DAN NYAMA BRATA
Dalam agama hindu kita
mengenal bentuk-bentuk brata atau pengendalian diri. dalam astangga yoga bagian
yang pertama dan kedua adalah pengendalian diri tahap pertama dan kedua yang
disebut dengan panca yama dan nyama brata. kedua bentuk brata ini yang menjadi
dasar untuk menuju tahapan selajutnya sehingga mencapai samadhi. Berikut
dibawah ini penjelasan dari pada Panca Yama dan Nyama Brata.
1.
PANCA YAMA BRATA
a.
Pengertian
Panca Yama Brata terdiri dari kata Panca artinya lima, Yama artinya pengendalian, Brata artinya taat terhadap sumpah. Panca Yama Brata artinya lima macam disiplin manusia dalam mengendalikan keinginan.
Panca Yama Brata terdiri dari kata Panca artinya lima, Yama artinya pengendalian, Brata artinya taat terhadap sumpah. Panca Yama Brata artinya lima macam disiplin manusia dalam mengendalikan keinginan.
b.
Bagian – Bagian Panca Yama Brata
1. Ahimsa
1. Ahimsa
2. Brahmacari
3. Satya
4. Awyawaharika
5. Asteya atau Astenya
3. Satya
4. Awyawaharika
5. Asteya atau Astenya
c. Penjelasan Masing – Masing Bagian Panca Yama Brata
1.
Ahimsa
Ahimsa berasal dari dua kata yaitu : “a” artinya
tidak, “himsa” artinya menyakiti, melukai, atau membunuh. Jadi, Ahimsa artinya
tidak menyakiti, melukai, atau membunuh mahluk lain baik melalui pikiran,
perkataan, dan tingkah laku secara sewenang – wenang. Agama Hindu mengajarkan
kepada umatnya untuk tidak membunuh atau menyakiti mahluk lain adalah dosa.
Ajaran Ahimsa itu merupakan salah satu faktor susila kerohanian yang amat
penting dan amat utama. misalnya tidak menyakiti teman atau orang lain, tidak
boleh membunuh, kita boleh membunuh
untuk mempertahankan hidup asal tidak didorong dengan Nafsu atau Sad Ripu yaitu
: Kama ( keinginan ), Lobha ( rakus, lobha ), Krodha ( marah ), Mada ( angkuh,
mabuk ), Moha ( kebingungan ), Matsarya ( iri hati ). Jadi, meskipun ajaran
Ahimsa itu berarti tidak membunuh tetapi dalam batas – batas tertentu kita
diperbolehkan membunuh.
Contoh : di dalam Kitab Slokantara disebutkan ada empat macam pembunuhan yang diperbolehkan, yaitu :
Contoh : di dalam Kitab Slokantara disebutkan ada empat macam pembunuhan yang diperbolehkan, yaitu :
1. Dewa Puja : Persembahan kepada DEwa ( Dewa
Yadnya )
2. Pitra Puja :
Persembahan kepada Roh leluhur ( Pitra Yadnya )
3. Athiti Puja
: Persembahan kepada tamu yang kita hormati
- Dharma Wighata : kewajiban bagi semua orang membunuh mahluk yang mengganggu atau memberi penderitaan terhadap umat manusia.
Sedangkan mahluk yang kita persembahkan kepada Dewa
Puja, Pitra Puja, Athiti Puja, dan Dharma Wighata pun kalau untuk upacara
berarti kita menolong untuk meningkatkan jiwanya. Dengan demikian sebenarnya
ajaran Ahimsa itu tidak lain harus memperhatikan dan mengendalikan tingkah
lakunya agar pikiran, perkataan, dan perbuatan tidak menyakiti orang lain atau
mahluk lain. Setiap pikiran, perkataan, perbuatan yang tujuannya menyakiti
orang lain maka disebut perbuatan Himsa. Oleh karena itu hindari perbuatan
Himsa terhadap semua mahluk. Kita harus saling asah, asih, dan asuh terhadap
sesamanya. Karena jiwatman kita sama dengan jiwatman mahluk lain yang berasal
dari satu sumber yaitu Paramaatman ( Sang Hyang Widhi ).
2.
Brahmacari.
Kata Brahmcari terdiri dari dua kata, y: Brahma dan
cari atau carya. Brahma artinya Ilmu pengetahuan sedangkan Cari atau carya
berasal dari bahasa sansekerta, yaitu : Car artinya gerak atau tingkah laku.
Jadi Brahmacari artinya tingkah laku manusia dalam menuntut ilmu pengetahuan
terutama ilmu pengetahuan tentang ketuhanan dan kesucian.
Brahmacari juga disebut masa Aguron – guron ( masa berguru ).
Brahmacari juga disebut masa Aguron – guron ( masa berguru ).
Misalnya
seorang siswa kerohanian harus mempunyai pikiran yang bersih yang hanya
memikirkan pelajaran atau ilmu pengetahuan saja, supaya perasaan dan pikiran
bisa terpusat. Belajar dengan baik perlu adanya tata tertib yang baik seperti :
pemakaian waktu, kebersihan, kesopanan, ketertiban pembagian tugas, dan juga
sangsi – sangsi pelanggaran yang lebih penting lagi, seorang siswa kerohanian
atau seorang Brahmacari dilarang kawin, berdagang, dan berpolitik. Petunjuk –
petunjuk di atas itu dalam menuntut ilmu pengetahuan selama Brahmacari adalah
merupakan kunci keberhasilan bagi seorang siswa kerohanian. Barang siapa yang
tidak mematuhi aturan – aturan di atas dan tidak rajin, serta tidak tekun jpada
masa ini pasti akan gagal.
3. Satya
Satya artinya : benar, jujur, dan setia. Satya juga
diartikan sebagai gerak pikiran yang patut diambil menuju kebenaran, yang
didalam prakteknya meliputi kata – kata yang tepat dan dilandasi kebajikan
untuk mencapai kebaikan bersama. Jadi, Satya tidak sepenuhnya diartikan benar,
jujur dan setia tetapi di dalam pelaksanaannya melihat situasi yang bersifat relatif.
Maka di sinilah kita menempuh jalan Satya yang pelaksanaannya melihat situasi
dan kondisi yang relatif. Satya, kejujuran untuk mencari kebenaran ini memang
memgang peranan yang sangat penting di dalam ajaran kerohanian untuk mencapai
kelepasan atau moksa. Di dalam sastra sering kita jumpai sebagai motto atau
semboyan yaitu : “ Satyam eva jayate “ yang artinya hanya kejujuranlah yang
menang bukan kemaksiatan atau kejahatan.
Kesetiaan, kejujuran hendaknya dipakai pedoman dalam setiap tindakan atau perbuatan kita sehari – hari. Dalam ajaran satya kita mengenal Panca Satya, yaitu :
Kesetiaan, kejujuran hendaknya dipakai pedoman dalam setiap tindakan atau perbuatan kita sehari – hari. Dalam ajaran satya kita mengenal Panca Satya, yaitu :
1. Satya Wacana artinya : setia pada kata
– kata
2. Satya Herdaya artinya : setia pada kata
hati
3. Satya Laksana artinya : setia dan
bertanggung jawab terhadap perbuatannya.
4. Satya Mitra
artinya : setia pada teman
5. Satya Semaya artinya :
setia pada janji.
4. Awyawahara
Awyawahara berarti tidak terikat pada kehidupan
duniawi (tan awiwada). Dalam kehidupan ini harus mampu mengendalikan indria
dari obyek duniawi. Karena bila indria yang mengendalikan manusia maka ia akan
terjerumus dalam kesengsaraan. Kesengsaraan itu timbul dari dalam diri manusia
yang tidak pernah merasa puas terhadap hal-hal yang bersifat duniawi.
Ketertarikan terhadap benda duniawi akan membuat manusia selalu tenggelam dalam
awidya. misalnya setelah menjadi seorang pandita, maka yang bersangkutan tidak
dibenarkan melakukan kegiatan jual beli dengan tedensi keuntungan yang
berlipat-lipat, simpan pinjam (rna rni) dan memperlihatkan kepandaian serta
memupuk dosa kecuali menjaga harta warisan, menjaga keutuhan keluarga, dan
kesejahteraan istri, anak dan cucu.
5. Asteya
Asteya berarti tidak mencuri atau memperkosa milik
orang lain seperti.
contohnya:
tidak mengambil barang miliki orang lain tanpa ijin. Ini berarti bahwa siapapun
orangnya khususnya pandita diperbolehkan mengambil milik orang lain ketika ia
merasa haus dan lapar dalam perjalanan jauh. Tetapi barang yang diambil hanya
sebatas untuk menghilangkan rasa lapar dan dahaga. Tentu tidak dibenarkan
barang yang diambil melebihi keperluan apalagi sampai dijual. Segala perbuatan
hendaknya tidak didasari oleh sad ripu. Jadi segala keinginan untuk mengambil
ataupun memperkosa milik orang lain yang didasari oleh sad ripu harus dikendalikan.
2. PANCA NYAMA BRATA
a.
Pengertian Panca Nyama Brata
Pengertian
Panca Nyama Brata mempunyai arti lima macam pengendalian diri dalam tingkat
mental, untuk mencapai kesempurnaan dan kesucian bathin. Panca Nyama Brata
adalah untuk mengendalikan semua akibat – akibat buruk yang ditimbulkan oleh
mental dan pikiran.
b.
Bagian – Bagian Panca Nyama Brata
1.
akroda
2.
Guru Susrusa
3.
Sauca
4.
Aharalagawa
5.
Apramada
c.
Penjelasan Masing – Masing Panca Nyama Brata
1.
Akroda
Akroda artinya tidak marah, atau tidak mempunyai sifat
marah. Dengan kata lain mampu mengendalikan sifat – sifat marah.
Salah satu
dari sifat – sifat marah adalah mudah tersinggung. Sifat inilah yang harus
dikendalikan sehingga manusia tidak mudah marah. Dengan mampunya manusia menahan
sifat marah maka manusia akan mempunyai jiwa yang sabar. Kesabaran adalah sifat
yang mulia. Orang sabar tidak mudah tersinggung, sehingga akan disenangi oleh
teman – teman. Orang yang diajak bicara akan merasa senang. Ia akan selalu
tenang dalam menghadapi segala masalah. Pekerjaan dikerjakan dengan rasa tenang
sehingga akan menghasilkan yang baik. Seperti apa yang diuraikan dalam “kitab
Sarasamuccaya” sloka 94, sbb : “ Kesabaran hati merupakan kekayaan yang sangat
utama, itu sebagai emas dan permata. Orang yang mampu mengendalikan nafsu (
kemarahan), tidak ada yang melebihi kemuliaan”.
Oleh karena
itu kemarahan harus dikendalikan. Dengan tumbuhnya kemampuan mengendalikan
kemarahan menyebabkan tumbuhnya kebijaksanaan pada orang itu.
2.
Guru Susrusa.
Guru Susrusa artinya hormat dan bakti terhadap guru.
Guru Susrusa juga berarti mendengarkan atau menaruh perhatian terhadap ajaran –
ajaran dan nasehat guru.
Contoh:
Siswa yang baik akan selalu berbakti dan memperhatikan sikap hormat terhadap
gurunya. Mempelajarai apa yang diajarkan. Dalam hal Guru, biasanya ada empat
macam guru yang disebut Catur Guru : yaitu Guru Rupaka yaitu orang tua, Guru
pengajian yaitu Bapak dan Ibu Guru disekolah, Guru Wisesa adalah pemerintah,
dan yang stunya Guru Swadyaya yaitu Tuha ( Sang Hyang Widhi )
Anak yang
hormat dan bakti terhadap Guru diberikan gelar anak yang suputra, sedang anak
yang menentang terhadap Guru di sebut Alpaka Guru, hukumannya sangat berat
dalam alam Neraka nantinya. Sedang anak yang Suputra akan mendapatkan tempat
yang baik di sorga maupun di masyarakat, karena sangat berguna bagi nusa dan
bangsa. Marilah kita kenali satu persatu dari Catur Guru yang harus kita
hormati.
3.
Sauca
Sauca berasal dari kata “ SUC “ yang artinya bersih,
murni atau suci. Jadi yang dimaksud Sauca adalah Kesucian dan kemurnian lahir
batin. Dalam silakrama disebutkan sebagai berikut :
“ Tubuh
dibersihkan dengan air, pikiran dibersihkan dengan kejujuran, roh dibersihkan
dengan ilmu dan tapa, akal dibersihkan dengan kebijaksanaan. “
Banyak yang dapat kita usahakan untuk mencapai
kesucian lahir maupun batin. Kesucian lahir ( jasmani ) dapat kita capai dengan
selalu membiasakan hidup bersih., misalnya mandi yang teratur, membuang sampah
pada tempatnya dsb. Sedangkan kesucian batin ( rohani ) dapat dilakukan dengan
rajin sembahyang, menghindari pikiran dari hal – hal negatif. Dengan jalan
mengusahakan kesucian lahir batin kita akan mudah mendekatkan diri kehadapan
Sang Hyang Widhi. Kebersihan jasmani atau lahiriah akan mendatangkan kesehatan,
maka ada istilah “ Kebersihan Pangkal Kesehatan “. Adanya kesehatan inilah kita
akan banyak berbuat baik.
4. Ahara Lagawa
Ahara Lagawa brasal dari kata Ahara artinya makan, dan
Lagawa artinya ringan. Jadi Ahara Lagawa artinya makan yang serba ringan dan
tidak semau – maunya. Makan yang sesuai dengan kemampuan tubuh. Ahara Lagawa
berarti juga mengatur cara dan makanan yang sebaik – baiknya. Lawan dari Ahara
Lagawa adalah kerakusan. Kerakusan akan menghalangi dan merintangi kesucian
batin.
Misalnya
agar badan menjadi sehat, makanlah makanan yang banyak mengandung gizi. Orang
yang makan teratur dan bergizi badannya menjadi sehat dan pikirannya menjadi
segar dan cerdas. Sebaliknya orang yang makan berlebihan, tidak teratur
dan suka minum minuman keras seperti arak, bier dan sejenisnya, maka badannya
menjadi sakit dan sarafnya terganggu. Serta pikiranpun menjadi kacau. Didalam
kitab Silakrama diuraikan panjang lebar mengenai aturan – aturan makan dan
minum. Disebutkan pula binatang yang boleh dimakan dan yang tidak boleh
dimakan. Demikian pentingnya pengendalian dalam hal makan, maka ada salah satu
cara pengendaliannya yaitu dengan melakukan “ Upawasa “ artinya tidak makan dan
minum, yang biasanya dilakukan pada waktu Hari Raya NYepi.
5. Apramada
Apramada artinya tidak bersifat ingkar atau
mengabaikan kewajiban. Apramada ialah tidak segan – segan untuk mempergunakan
hidup itu sebagai Sadana / jalan guna melakukan Yoga dan Samadi.
Misalnya
Seorang siswa harus tidak segan – segan untuk menurut ajaran dan nasehat guru.
Tidak boleh segan mengucapkan berkali – kali menghafal dan mengulangi pelajaran
yang diberikan oleh guru. Tidak boleh segan – segan bertanya bila ada suatu
persoalan yang belum jelas. Dengan berusaha melaksanakan kewajiban sendiri (
Swadharma ) dan menghormati kewajiban orang lain ( para dharma ), maka
keharmonisan akan dapat dicapai, yang pada akhirnya kebahagiaan juga akan dapat
dicapai. Dalam kitab Bhagawad Gita Bab XVIII, 47 disebutkan :
Lebih baik
swadharma diri sendiri meskipun kurang sempurna dari pada dharma orang lain
yang sempurna pelaksanaannya. Karena seseorang tidak akan berdosa jika
melakukan kewajiban yang telah ditentukan oleh alamnya sendiri.
Sloka diatas
menegaskan agar kita melaksanakan kewajiban sendiri seperti sebagai pelajar
maka laksanakan kewajiban sebagai pelajar, jangan lalai, jika sebagai pelajar
melalaikan kewajiban sebagai pelajar, maka kita berdosa dan menjadi bodoh.
Demikian uraian Panca Nyama Brata yang merupakan
kesusilaan untuk mencapai kesempurnaan rohani dan kesucian batin untuk mencapai
dharma dan moksa yang merupakan tujuan akhir ajaran Hindu.
3.
DASA YAMA DAN DASA NYAMA BRATA
selain kita menegnal panca yama dan panca nyama, juga
di dasa yama dan dasa nyama brata yang didalam pembagiannya juga terdapat
bagian Yama dan Nyama Brata. Adapun penjelasannya singkatnya sebagai berikut:
a. Dasa Yama
Bratha adalah sepuluh macam pengendalian diri, yaitu :
- Anresangsya atau Arimbawa - tidak mementingkan diri sendiri
- Ksama artinya suka mengampuni dan tahan uji dalam kehidupan.
- Satya artinya setia kepada ucapan sehingga menyenangkan setiap orang.
- Ahimsa artinya tidak membunuh atau menyakiti makhluk lain.
- Dama artinya dapat menasehati diri sendiri.
- Arjawa artinya jujur dan mempertahankan kebenaran.
- Priti artinya cinta kasih sayang terhadap sesama makhluk.
- Prasada artinya berpikir dan berhati suci dan tanpa pamrih.
- Madurya artinya ramah tamah, lemah lembut dan sopan santun.
- Mardhawa artinya rendah hati, tidak sombong dan berpikir halus.
b. Dasa Nyama Brata
Dasa NYama
Bratha adalah sepuluh macam pengendalian diri yang utama, yaitu :
- Dhana artinya suka berderm tanpa pamrih.
- Ijya artinya pemujaan terhadap Hyang Widhi dan leluhur.
- Tapa artinya melatih diri untuk daya tahan dari emosi agar dapat mencapai ketenangan bathin.
- Dhyana artinya tekun memusatkan pikiran kepada HYang Widhi.
- Upasthanigraha artinya pengendalian hawa nafsu birahi.
- Swadhyaya artinya tekun mempelajrai ajaran-ajaran suci dan pengetahuan umum.
- Bratha artinya taat akan sumpah dan janji.
- Upawasa artinya berpuasa atau pantang terhadap suatu makanan dan minuman yang dilarang dalam ajaran agama.
- Mona artinya membatasi perkataan.
- Snana artinya tekun melakukan penyucian diri tiap hari dengan jalan mandi dan sembahyang.
DAFTAR
PUSTAKA
Suhardana,
K.M. 2007. Yama Niyama Brata. Surabaya: Paramita
Tidak ada komentar:
Posting Komentar